Cara Bercinta yang Paling nikmat oleh Dewasa18
Cerita Dewasa – Cerita
ini tentang gadis muda yang bernama Marsya dia mempunyai wajah cantik
dengan bibir tipis, alis yang melengkung matanya indah bak pola pimpong
kata om iwan fals, bulu mata yang lentik perfect buat ukuran gadis yang
bernama Marsya ini.
Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek
menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya
mulai tumbuh begitu indah dan seksi.
Dia tumbuh di kalangan keluarga yang
cukup berada dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang sifatnya
masih kekanakan. Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya
ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.
Seminggu yang lalu Marsya mulai rutin
mengikuti les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda.
Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada
sebuah kamar mandi yang bersih dan harum.
Kamar depan diperuntukkan ruang kerja
dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak dengan
warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak
seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding,
lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna dinding
yang serasi.
Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang
serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang
membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik
sehingga terasa nyaman.
Rumahku memang terkesan romantis dengan
terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Marsya sedang mengerjakan tugas
yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan tugas itu, tanpa
sengaja penghapusnya jatuh tersenggol.
Marsya berusaha menggapai ke bawah
bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang
telah lebih dulu mengambilnya. Marsya kaget melihat ke arahku yang
sedang tersenyum padanya. Marsya berusaha tersenyum, saat tangan kirinya
kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian
kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.
Aku sebagai orang yang telah cukup
berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur
melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, “Fan, kamu
tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu”. Kata-kataku membuat
gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Marsya mencubit pahaku
sambil tersenyum senang.
“Udah punya pacar Fan?”, godaku sambil menatap Marsya.
“Belum, Kak!”, jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah.
“Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar”, lanjutku.
“Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper”, komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
“Ohh!”, aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.
“Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?”, lanjutku.
“Apa ya! Coca Cola aja deh Kak”, sahutnya sambil terus bekerja.
Aku membawa dua kaleng minuman dan
mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Marsya yang membelakangi,
ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup
membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.
“Sudah Kak”, suara Marsya mengagetkan
lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis
itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.
“Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan “, pujiku dan membuat Marsya tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.
Aku yang sengaja duduk di sebelah
kanannya, melanjutkan menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi
parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium hidung,
mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak dapat
berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan,
tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk
menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga instingku mengatakan
hatinya agak tergetar.
“Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan”, kataku sambil melihat wajah Marsya lewat sudut mata.
Marsya tersentak dari lamunannya dan
menggeleng, “Belum, ulang dong Kak!”, sahutnya. Kemudian aku mengambil
kertas baru dan diletakkan di depannya, tangan kananku mulai menuliskan
rumus-rumus sambil menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran
kursi tempatnya duduk dan sesekali aku sengaja mengusap punggungnya
dengan lembut.
Marsya semakin tidak bisa
berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu,
jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman
dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang
tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa
terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang
lembut.
Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek
saja, sebagai perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Marsya mulai
mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di
atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar
lembut lewat tanganku.
Selesai menerangkan aku menatapnya
dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu,
perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat
senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya
Marsya menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku
tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku.
“Kamu sakit?”, tanyaku berbasa basi.
Marsya menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan
lembut, Marsya diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku
genggam lembut jari tangan kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari
hidungku, “Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa
Fan”, gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya
bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Marsya
ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di
dadaku, “Ahh..”, Marsya mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku,
dan berhasil membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak
mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali
lagi naik ke telinga beberapa kali. Marsya merasa angan-angannya
melambung, entah kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya,
mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian
lembut itu.
“Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!”, kataku merayu.
Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.
Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.
“Ja.., jangan Kak”, pintanya untuk
menolak. Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku
dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan
halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil
merah merekah itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia
merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki.
Jantung di dadanya berdegup makin keras,
perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung.
“Uuhh..!”, hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan
kuluman-kuluman hangatku.
“Aaahh..”, dia mendesah merasakan
remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak
kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan
tersendiri baginya.
“Dadamu sangat indah Fan”, sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.
“Dadamu sangat indah Fan”, sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.
“Aaahh”, Marsya mendesah kembali dan
pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai
basah oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu
membuat vaginanya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia
semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk
mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan
lembut di atas buah dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya.
“Jangan nanti dilihat orang”, pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.
“Jangan nanti dilihat orang”, pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.
Seakan dia sudah tidak peduli lagi
dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah
saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei
putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin bisa
menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.
“Auuuhh”, bibirku mulai bergeser pelan
mengusap dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus. “Aaaahh”, dia
makin mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.
Aku semakin senang dengan bau wangi di
tubuhnya. “Tubuhmu wangi sekali”, kembali rayuan itu membuatnya makin
besar kepala. Tanganku itu dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka.
Marsya sendiri tidak kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya
dilihat dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya dengan lembut,
membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku beralih menelusuri
dadanya.
“Uhh.!”, tanganku menarik bajunya ke
atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas
kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya. “Auuuhh”
membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengikuti irama
jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin tegang.
Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan
mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium
bibirnya. “Ooohh”, terdengar desah Marsya yang semakin terlena dengan
ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada dan
perutnya terlihat putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat muda
yang lembut.
Aku semakin tegang hingga harus mengatur
gejolak birahi dengan mengatur pernafasanku, aku terus mempermainkan
tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Marsya dengan halus, lembut,
dan tidak terburu-buru, hal ini membuat Marsya makin penasaran dan makin
bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah saat tanganku
menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
“Aaahh.. Uuuhh. ooohh”, Marsya
menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan mengusap
lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih,
seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan
melambungkan angan-angannya.
Ujung jariku mulai mempermainkan puting
susunya yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat hati-hati.
“Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Marsya mulai menunjukkan tanda-tanda
terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing bajuku, agak susah, tapi
dia berhasil.
Tangannya menyusup kebalik baju dan
mengelus dadaku, sementara birahinya makin memuncak. “Ngghh.. “,
vaginanya yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Marsya menurut
ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya
kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat tidur.
Sekarang tubuh bagian atasnya tidak
tertutup apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku
menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum dengan dua
gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum
pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri.
Sedangkan aku tertegun sejenak melihat
pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku berusaha
mengatur pernafasan, karena tidak ingin melepaskan nafsu binatangku
hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku
ini.
Aku mulai mengulum buah dada gadis itu
perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan
seperti itu Marsya menggelinjang, “Ahh.. uuuhh.. aaahh”.
Pengalaman pertamanya ini membuat
angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan
kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya
yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.
“Aaahh..!”, dia merintih geli dan makin
mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa membanjir. Birahinya
semakin memuncak. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh”, rintihnya makin
panjang. Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu itu dengan bibir
dan lidahku, sambil membuka kancing bajuku sendiri satu persatu,
kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.
Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa
geli dan nikmat. Saat Marsya akan membalas memagutnya, telapak tangannya
kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya.
Aku mulai mencium dan menghisap lembut,
dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku
sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya bertambah geli dan nikmat.
“Geli.. ahh.. ohh!”
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut.
“Uuuhh.!”, dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak.
“Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst..
uhh”, dia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke
atas, hingga roknya tersingkap.
Sambil terus mempermainkan buah dada
gadis itu. aku melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang
tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik
turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana
yang membasah, Aku merasakan birahi Marsya semakin memuncak. Aku terus
mempermainkan buah dada gadis itu.
“Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”,
terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai
membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan
Marsya tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat
birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
“Jangan Kak.. aahh”, tapi aku tidak
peduli, bahkan kemudian Marsya malah membantu menurunkan roknya sendiri
dengan mengangkat pantatnya. Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih
mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga
posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.
“Uuuhh”, ketika membalikkan badan,
Marsya melihat sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget,
malu, tapi ingin tahu. “Aaahh”. Marsya mulai merapatkan kakinya, ada
perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang
telah menyelimuti perasaannya.
“Ahh..”, dia diam saja saat aku kembali
mencium bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha,
dia kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di
balik celanaku, sejenak Marsya sejenak mengelus-elus benda yang membuat
hatinya penasaran, tapi kemudian dia kaget dan menarik tangannya.
“Aaahh”, Marsya tak kuberikan kesempatan
untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali memainkan puting susu
mungil yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada.
Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat birahinya makin
memuncak.
“Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh”,
sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara
lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana.
Tanpa disadarinya, karena nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah
celana dalamnya dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai
ditumbuhi rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk
dengan indahnya bergantian.
“Teruuuss.. aaahh.. uuuhh”, karena geli
dan nikmat Marsya mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai
menyusup dan mengelus vaginanya dari bagian luar celana, birahinya
memuncak sampai kepala.
“Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis itu
kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Marsya
menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba mulai menyusup di balik
celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya
yang basah lembut dan hangat. Marsya makin menggelinjang dan birahinya
makin membara. “Ahh.. teruusss ooh”, Marsya merintih rintih kenikmatan.
Aku tahu gadis itu hampir mencapai
puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana
dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Marsya membiarkannya, sudah tidak
peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga celana itu
terlepas tanpa halangan.
Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di
depan mataku, tampak semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang
sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus.
Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan puting vagina mungil di
tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak
sambil terus mengelus bibir vagina makin membanjir. “Kak.. ahh, terus
Kak.. ahh.. uhh”.
Vagina yang basah terasa geli dan gatal,
nikmat sampai ujung kepala. “Kak.. aahh”, Marsya tak tahan lagi dan
tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang
keras bulat dan panjang itu. Marsya tidak merasa malu lagi, bahkan mulai
mengimbangi gerakanku.
Aku tersenyum penuh kemenangan melihat
tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta untuk
bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku
yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis itu
terbelalak kagum.
Sekarang kami tidak memakai penutup sama
sekali. Marsya kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu yang
besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru pertama kali dia
melihat benda itu. Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, dia
tidak peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang dan
pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.
Sejenak aku tertegun melihat vagina yang
bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang
vaginanya tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di
tengahnya.
Marsya hanya tertegun saat aku berada di
atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut
dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil
menjelajahi seluruh tubuhnya.
Kuluman di puting susu yang disertai
dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan
hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri. “Kak.. ahh, terus
ssts.. ahh.. uhh”, birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa
kesemutan, dipegangnya serdaduku. “Ahh” terasa hangat dan kencang.
“Kak.. ahh!”, dia tak dapat lagi menahan
gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai
menginginkan serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang
terasa sangat geli dan gatal.
“Uuuhh.. aaahh”, tapi aku malah
memainkan topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput
daranya. “Ooohh Kak masukkan ahh”, gadis itu sampai merintih rintih dan
meminta-minta dengan penuh kenikmatan.
Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku
terus mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tapi
lembut itu menyusuri bibir vagina.
“Ooohh Kak masukkan aaahh”, di sela
rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting susunya mengeras dan
gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus
selaput daranya, Sreetts “Aduuhh.. aahh”, tangannya mencengkeram bahuku.
Dengan begitu, Marsya hanya merasa
lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit, saat
selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras.
Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus
masuk perlahan sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan
hati-hati. “Ahh”, dia merintih kenikmatan.
Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak
ingin lubang vagina yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum
terbiasa dan belum elastis. Burung itu masuk lagi setengahnya dan..
Sreeets “Ohh..”, kali ini tidak ada rasa sakit, Marsya hanya merasakan
geli saat dirasakan burung itu keluar masuk merojok vaginanya. Marsya
menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.
“Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”,
serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, “Aaahh”, masuk
lagi. “Ahh, terus… ahh.. uhh”, lubang vagina itu makin lama makin
mengembang, hingga burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya
beberapa kali.
Marsya merasakan nikmat birahinya
memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai
bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi. “Aaahh, ooohh,
aaahh” vaginanya berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai
puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.
Melihat Marsya sudah mencapai orgasme,
aku kini melepas seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin
cepat merojok keluar masuk lubang vagina Marsya, “Kak.. ahh.. ssst..
ahh.. uhh”, Marsya merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak
kembali. Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga denganku.
“Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami
merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai
orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke
dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat.
Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik
darah perawan itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Marsya dan
memeluknya supaya Marsya merasa aman, dia tampak merasa sangat puas
dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.
“Bagaimana kalau Marsya hamil Kak”, katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata.
Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Marsya tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.
Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Marsya tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.
Marsya semakin merasa lega, aman, merasa
disayang. Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan dan
kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan menitikkan air mata
bahagia, kemudian tertidur pulas dipelukanku yang telah menjadikannya
seorang perempuan.
Bangun tidur, Marsya membersihkan badan
di kamar mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk
yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan sampai-sampai aku
tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian yang berserakan dan
dikenakannya kembali satu persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium
pipiku yang masih berbaring di tempat tidur.