Cerita Dewasa – Aku
seorang mahasiswa berumur 21 tahun. Pada saat liburan semester aku
pulang ke kampungku di Garut. Untuk mengatasi kejenuhan, aku jalan-jalan
di kota tersebut. Dan masuk ke sebuah pusat belanja di kota kecil itu.
Secara tak sengaja aku memandangi seorang gadis yang bisa dikatakan
cantik. Wajahnya memancarkan kecantikan alami yang jarang ditemui pada
seorang gadis kota.
Singkat cerita kami berkenalan. Namanya
Ani, berumur 16 tahun. Duh, senang sekali aku bisa kenalan dengan gadis
seperti dia. Bulan demi bulan telah berlalu, kamipun semakin akrab dan
sering berhubungan lewat telepon. Singkat kata, kamipun sepakat untuk
menjadi sepasang kekasih.
Pada liburan semester selanjutnya, kami
berjanji bertemu di rumahnya. Rumahnya sih sederhana, maklum bapaknya
hanya pedagang kecil, tapi bukan itu yang aku lihat. Malam itu kami
berdua menonton layar tancap, hal yang sebenarnya cukup simple tapi yah
namanya juga lagi kasmaran.
Kami pulang jam sembilan malam atas
keinginan Ani. Ternyata sampai di rumah pacarku, kami hanya menerima
titipan kunci rumah. Keluarganya sedang pergi menegok teman ayah pacarku
yang sedang sakit keras.
Malam itu dingin sekali, Ani permisi
untuk ganti pakaian. Saat kulihat Ani dengan pakaiannya yang sederhana
itu aku terpaku, betapa cantik dan anggunnya dia walaupun hanya memakai
pakaian biasa. Aneh, ada seuatu yang aneh yang menjalar ke perasaanku.
“Lho, ada apa Kang?”, tanya Ani.
“Ah, nggak ada apa-apa!”, jawabku.
“Kok melihat Ani terus?”, tanyanya lagi.
“Ngak kok!”, jawabku.
“Kamu cantik, An”.
“Ah Akang!”, katanya lagi dengan tersipu.
“Ah, nggak ada apa-apa!”, jawabku.
“Kok melihat Ani terus?”, tanyanya lagi.
“Ngak kok!”, jawabku.
“Kamu cantik, An”.
“Ah Akang!”, katanya lagi dengan tersipu.
Lama kami berpandangan, dan aku mulai
mendekati dirinya. Aku pegang tangannya, lalu kuraba, betapa lembut
tangannya. Kami saling berpegangan, meraba dan membelai. Perlahan kubuka
pakaiannya satu persatu, kulihat ia dalam keadaan setengah telanjang.
Kupandangi dadanya di balik BH putihnya, kupandangi seluruh tubuhnya,
kulitnya yang sawo matang.
“Kang, bener Akang cinta ama saya?”, tanyanya lagi.
“Bener, Akang cinta ama kamu!”, jawabku sambil membuka BH dan Celana dalam warna putihnya.
“Bener, Akang cinta ama kamu!”, jawabku sambil membuka BH dan Celana dalam warna putihnya.
Kini ia polos tanpa satu benangpun
menutupi tubuhnya. Kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh
tubuhnya. Tubuh Ani bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama
kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya.
Lalu kubuka selangkangannya dan
kumasukkan penisku dengan extra hati-hati. Ani mengerang dengan pasrah,
lalu kusuruh ia untuk menggigit bantal agar suaranya tidak kedengaran
oleh tetangga. Kugerakkan penisku, maju mundur. Mata Ani merem melek
keenakan.
Nafasku mulai memburu, dan Ani mulai
tidak bisa mengontrol dirinya, dia memegang bantal dengan eratnya,
gerakanku semakin cepat, aku ingin sekali menembus pertahanannya yang
rapat itu. Kupegangi payudaranya, kujilat, kukulum, dan kurasakan
penisku mulai menegang dan, “Cret.., cret.., cret”. Spermaku keluar
dengan deras, Ani memelukku dengan erat dan kamipun terbaring kelelahan.
Dalam hati aku bertekad untuk menikahi gadis itu, karena aku sangat mencintainya.